Aksara24.id – Seorang putra Jambi, Muhammad Husyairi alias Cekgu, mengimbau pemerintah pusat lewat Kementrian ESDM, segera memperhatikan konflik truk batu bara dengan masyarakat Jambi karena sudah banyak nyawa hilang akibat konflik tersebut.
“Apakah harus menunggu mati beberapa orang lagi baru pemerintah pusat lewat Kementrian ESDM memikirkan masalah batu bara ini. Apa memang sengaja membiarkan konflik ini terjadi terus menerus,” ungkap Cekgu, kepada media Minggu (14/4/2022).
Cekgu menjelaskan, konflik batu bara dengan masyarakat Jambi, terutama pengguna jalan umum, sudah terjadi berpuluh tahun lamanya. Jumlah korban tewas di jalan akibat truk batu bara, makin tahun makin tinggi.
Tetapi, upaya pemerintah daerah dan unsur muspida untuk mengatasi masalah ini, dinilainya belum maksimal. Apalagi pemerintah daerah, terkendala wewenang.
“Saya dapat informasi, pemerintah daerah kita ini seakan tak berdaya. Izin pertambangan ada di pemerintah pusat, otomatis pengusaha batu bara, hanya mendengar pemerintah pusat. Mereka tak peduli dengan pemerintah daerah, ini kekacauan yang luar biasa bagi daerah kita,” tutur Cekgu yang juga seorang Budayawan Jambi ini.
Akibat tak punya wewenang, pemerintah daerah, baik Pemprov Jambi, DPRD Provinsi Jambi, Polda Jambi dan Korem Jambi, dinilainya benar-benar tak bisa berbuat banyak.
“Saya juga dapat informasi, diundang rapat saja, owner-owner tambang batu bara itu tak mau datang. Cuma mengirim utusan yang tak punya posisi memutuskan. Jadi maunya owner batu bara di Jambi ini, apa? Apa sengaja mau membunuh masyarakat Jambi?, Karena ini pembiaran yang menimbulkan korban jiwa,” ujarnya berapi-api.
Karena itu, ia mengimbau agar Kementrian ESDM RI, segera turun ke Provinsi Jambi melihat langsung kemacetan yang terjadi di Muara Tembesi dan memperhatikan data kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban di Polda Jambi.
“Semua ini fakta. Tinggal lihat datanya. Kalau tak mau, berarti kalian (Kementrian ESDM, red) tak kerja!, kan Jokowi bilang, kerja, kerja, kerja!,” jelasnya.
Cekgu menambahkan, data yang didapatnya dari instansi terkait, ada 8.000 unit truk batu bara yang beroperasi di jalanan dalam Provinsi Jambi.
“Kalau 1 unit truk saja panjangnya 4 meter, dikali 8.000 unit, itu sudah 32 ribu meter. Kira-kira 32 kilometer kalau dijejerkan. Lihat, bagaimana tidak macet ini! Mau bikin jalan alternatif, dari dulu susahnya bukan main. Apalah mau pengusaha batu bara ini. Kan bisa patungan bikin jalan alternatif. Sisihkan lah sedikit keuntungan itu untuk buat jalan. Apa guna CSR. Tak habis pikir saya,” tutupnya.(Ga)
Discussion about this post