Aksara24.id – Setelah penantian yang cukup lama, akhirnya film dokumenter “Mujuk Sialang” siap untuk segera tayang dan menghampiri penontonnya. Proyek film dokumenter “Mujuk Sialang” telah melalui tahap pengambilan gambar pada November 2022, melibatkan para maestro dalam proses pembuatannya.
Film ini mengangkat kisah dari budaya masyarakat Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, yang menarik perhatian karena cerita tentang pengambilan madu dari pohon besar, yang dalam bahasa Rambutan Masam dikenal sebagai “ambilkah madu di pohon.”
Sialang adalah nama pohon besar yang menjadi tempat tinggal bagi lebah (dikenal sebagai red-repoh). Untuk mengambil madu dari sarang lebah ini, dibutuhkan syair-syair tertentu sebagai syaratnya.
Di balik lantunan syair-syair ini tersimpan makna mendalam, di antaranya adalah mengajak lebah-lebah untuk kembali dan membuat sarang baru setelah sarang lama diambil.
Film Dokumenter “Mujuk Sialang” ini diciptakan dengan tujuan untuk memperkenalkan budaya Rambutan Masam kepada generasi mendatang.
Tak hanya menampilkan pemutaran film dokumenter “Mujuk Sialang”, acara ini juga menyajikan Sastra Lisan “Mujuk Sialang”, pertunjukan yang melibatkan anak-anak yang telah berlatih selama beberapa bulan terakhir.
Kegiatan “Revitalisasi Mujuk Sialang” ini digelar secara gratis dan terbuka untuk umum, akan berlangsung pada Sabtu, 5 Agustus 2023, pukul 20.00 WIB, di lapangan MTSN 6 Batanghari di Rambutan Masam.
Selain itu, acara “Revitalisasi Mujuk Sialang” dan pemutaran film dokumenter “Mujuk Sialang” mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain Sanggar Seni Bako Lantang, Pemerintah Kabupaten Desa Rambutan Masam, K3PJ, Media online Kabar Jambi Kito, LIGAT, serta diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Provinsi Jambi.
“Kami selaku panitia mengajak seluruh masyarakat Rambutan Masam dan warga Batanghari, untuk menyaksikan Pementasan Revitalisasi Mujuk Sialang dan menonton bersama Film Dokumenter Mujuk Sialang,” ujar M Suhaili, Ketua Sanggar Bako Lantang, Sabtu (29/7/2023).
Film dokumenter “Mujuk Sialang” menjadi panggung bagi kekayaan budaya masyarakat Rambutan Masam. Dengan pemutaran film dan pertunjukan Sastra Lisan ini, diharapkan pesan-pesan dari tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan dapat terus hidup dan diteruskan ke generasi mendatang, menjadikan keberagaman budaya Indonesia sebagai sebuah harta yang tak ternilai. Menjadikan karya film ini sebagai ajang pelestarian budaya dan juga hiburan yang edukatif bagi masyarakat setempat. (Sa)
Discussion about this post