Aksara24.id – Lapangan MTSN 6 Batanghari, Desa Rambutan Masam, menjadi saksi kehadiran ratusan warga yang membanjiri area tersebut untuk menyaksikan pementasan Revitalisasi Lisan Mujuk Sialang. Acara yang menghadirkan nuansa tradisi dan budaya lokal ini menjadi sorotan masyarakat setempat.
Dalam festival ini, Revitalisasi Lisan Mujuk Sialang mempersembahkan penampilan anak-anak dan para maestro yang menggambarkan proses mengambil madu di pohon Sialang (kayu besar), sebuah ritual tradisional yang menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Desa Rambutan Masam.
Ragam tarian dan sastra lisan tampil memukau, disajikan oleh anak-anak di hadapan khalayak yang terdiri dari ratusan warga yang terpikat oleh acara Festival Revitalisasi Lisan Mujuk Sialang ini.
Dr. Adi Budiyanto, M.Hum, Kepala Badan Kantor Bahasa Provinsi Jambi, menjelaskan tentang tiga program utama yang dicanangkan oleh Badan Bahasa, termasuk penguatan literasi kebahasaan dan kesastraan, pelindungan bahasa daerah dan sastra daerah, serta internasionalisasi Bahasa Indonesia.
“Kegiatan Festival Revitalisasi Lisan Mujuk Sialang mendukung sasaran kedua dari program-program tersebut. Kami sangat berbahagia Desa Rambutan Masam dipilih sebagai lokasi pelaksanaan Revitalisasi Lisan Mujuk Sialang,” tutur Adi Budiyanto pada Sabtu (5/8/2023).
Ia juga menyoroti alasan pemilihan tradisi lisan ini, di mana syair dalam Mujuk Sialang telah berusia senior. “Kami melihat banyak pengetahuan yang dimiliki oleh para maestro ini belum tersebar dengan luas. Oleh karena itu, tugas kami adalah meneruskan warisan ini, dan melibatkan guru-guru di Rambutan Masam untuk menyampaikannya kepada generasi muda,” paparnya.
Tidak hanya tugas para guru, tetapi warisan tradisi dan budaya Mujuk Sialang juga diteruskan kepada generasi muda Desa Rambutan Masam, menjadikannya sebagai upaya kolektif dalam memelihara identitas lokal.
Adi Budiyanto juga mengungkapkan bahwa pada tahun ini, Kantor Bahasa Provinsi Jambi telah melibatkan 25 generasi muda yang terbina, 17 guru master, serta 4 maestro dalam upaya melestarikan tradisi. Ia berharap bahwa kolaborasi dan dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Batanghari akan semakin mengembangkan tradisi dan budaya ini.
“Tradisi sastra adalah identitas dan jati diri suatu daerah. Kehilangan tradisi ini juga berarti kehilangan identitas yang dimiliki oleh Desa Rambutan Masam. Oleh karena itu, kami mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Kabupaten Batanghari dan Pemerintah Provinsi Jambi, untuk bersama-sama menjaga dan memajukan warisan budaya ini,” pungkasnya. (Afd)
Discussion about this post