Aksara24.id – Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Sarolangun sedang berjuang memperebutkan tiga besar dalam Ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2022 dalam kriteria atraksi budaya, yang diajukan dalam tradisi tradisional warga jernih Kecamatan Air hitam Kabupaten Sarolangun yakni “Lukah Gilo” .
Lukah gilo yang telah mendapat 10 besar dalam ajang anugerah pesona Indonesia 2022 pada Kategori atraksi budaya.
Sebelumnya, Kabupaten Sarolangun meraih penghargaan peringkat ketiga nasional ditahun 2019 kategori cindera mata “Kalung Sebalik Sumpah”, di tahun 2020 berikutnya kategori dataran tinggi mendapat peringkat kedua secara nasional yakni puncak tempurung dan ditahun 2021 dalam kategori wisata air memperoleh peringkat tiga nasional dalam ajang anugerah pesona Indonesia (API).
Di tahun 2022 Disparpora Sarolangun kembali mengajukan tiga kategori pada ajang pesona Indonesia, dari tiga pengajuan atraksi budaya yakni Lukah Gilo masuk dalam 10 besar.
Kadis Parpora Sarolangun, Kasiyadi menjelaskan, di tahun ini terdapat tiga pengajuan dalam anugerah pesona Indonesia, dari tiga yang diajukan “Lukah Gilo” mendapat 10 besar secara nasional dalam kriteria atraksi budaya, kasiyadi harap terus meningkat hingga akhir Oktober 2022 memperoleh tiga besar.
“Kita saat ini atraksi budaya yakni Lukah Gilo telah masuk 10 besar, kita terus berjuang untuk mencapai 3 besar secara nasional,” jelas Cak Kas panggilan akrabnya.
Untuk mencapai tiga besar tersebut, Disparpora Sarolangun sangat berharap dukungan warga se-Provinsi Jambi terlebih warga kabupaten Sarolangun, agar mendapat dukungan secara maksimal Kriteria Atraksi Budaya dalam Ajang Anugerah Pesona Indonesia masuk nominasi tiga besar dengan cara Ketik SMS API (spasi) 13E Kirim Ke 9938 dengan tarif 2200 per SMS.
“Kita sangat berharap dukungan warga se-Provinsi Jambi terlebih warga Sarolangun untuk mendukung meraih tiga besar dalam Anugerah Pesona Indonesia ditahun 2022,” sebutnya.
Sementara itu, Supriyadi pegiat Wisata Sarolangun yang memahami Sejarah wisata Sarolangun dijelaskanya, “Lukah Gilo” yang didirikan sejak tahun 1836.
“Lukah Gilo sebuah atraksi budaya yg berkembang di Desa Jernih Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, tradisi ini sudah ada sejak tahun 1836, sebagai permainan yg bersifat menghibur, biasanya ditampilkan bersamaan dg seni budaya biduk sayak” jelas Supriyadi pegiat Wisata Sarolangun
Lukah Gilo itu sendiri secara Harfiah diartikan sebagai “Lukah” (alat penangkap Ikan) yg berati badan, lalu “gilo” berati bathin atau jiwa.
Dalam menampilkan tradisi ini dibutuhkan alat2 seperti Lukah (alat tangkap ikan) pakaian, bola karah, kayu bulat atau petak ukuran 4×6 atau 5×7, piring kaleng kecil dan kemenyan, selendang atau jlbab, spidol dan korek api, gendang atau ketipung, yang memiliki fungsi.
Lukah berfungsi sebagai badan. Bola karah berfungsi sebgai kepala dan wajah menyerupai orang. Kayu bulat atau petak panjang 30 cm berfungsi sebagai tangan. Pakaian dan kain berfungsi membungkus lukah.
Spidol digunakan untuk melukis bola karah agar menyerupai wajah manusia. Kemenyan berfungsi sebgai alat mediasi melalui asapnyo. Piring kaleng berfungsi utk meletakan kemenyan yg akan dibakar. Korek api digunakan utk membakar kemenyan. Gendang berfungsi sebgai ritme gerkan Lykah Gilo, makin kencang dan cepat maka makin kencang pula gerakan Lukah Gilo.
Dalam memainkan “Lukah Gilo” berfungsi sebgai pemain (pawang) memanjatkan doa terlebih dahulu kepada Allah SWT, memohon agar diberi kelancaran dan tanpa gangguan. Beberapa pemain (pawang) yg dapat melakukan hal ini di Desa Jernih kecamatan air hitam yakni bapak Idris, bapak Sumadi dan bapak Kulop Ziad.
“Lukah Gilo saat ini dimainkan dalam acara adat, hiburan rakyat, serta menerima tamu dan wisatawan dam Ayik Muap,” jelas Supriyadi.
Biasanya, “Lukah Gilo” ditampilkan dalam acara adat, pernikahan, hiburan rakyat dan menyambut kedatangan para tamu termasuk wisatawan yg datang kedesa jernih, karena sebagai desa wisata terus bergerak mengembangkan wisata alam “Dam Ayik Muap”. (Us)
Discussion about this post