Oleh: Rizky Amelia Hasibuan
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam sebelum menututp mata kuliah Islam dan Peradaban melayu pada semester genap telah melaksanakan kuliah lapangan yang diperuntukan pada mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam semester dua (2).
Tujuan dari pelaksanaan kuliah lapangan ini tentu bermaksud untuk mengajarkan pada mahasiswa bahwa memahami kajian-kajian yang tertuang dalam materi yang ditampilkan pada mata kuliah Islam dan Peradaban melayu bukan hanya sekedar memahami tekstualnya saja, melainkan juga memahami konteks yang terjadi di lapanganya.
Mata kuliah ini diampu oleh Bapak Fransisko Chaniago, M.Pd. beliau menyatakan bahwa Jambi dikenal dengan kemelayuanya, ramah, santun dan beretika. Selaku mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam, ini merupakan mata kuliah yang perlu dipelajari dan dapat diaplikasikan dalam keseharian karena dengan perkembangan zaman kita sebagai generasi muda lupa pada identitasnya sebagai anak melayu.
Harapanya pada akhir perkuliahan perlu kiranya kita melaksanakan kuliah lapagan untuk meninjau atau mengeksplor situs dan warisan budaya Islam yang ada di jambi.
Dari penyampaian beliau kami selaku mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam semester dua (2) berinisiasi untuk melaksanakan kuliah lapangan dengan mengunjungi Museum Gentala Arrasy untuk mengetahui situs-situs dan warisan Budaya Isam yang ada di Jambi.
Membahas tentang museum yang ada di Jambi ada tiga museum yang dapat untuk dikunjungi yaitu Museum Siginjai, Museum Pejuang Rakyat Jambi dan Museum Gentala Arrasy. Dalam hal ini kami selaku mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam melakukan kunjungan ke Museum Gentala Arasy dimana museum ini adalah museum yang paling ikonik di Kota Jambi.
Menara ini dibangun sejak tahun 2011 hingga tahun 2014 oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi. Museum ini resmi berdiri pada tanggal 3 September 2014 oleh Kementrian Agama Republik Indonesia pada saat itu Bapak Lukman Hakim Saifuddin.
Di museum Gentala Arrasy ini ada menara yang tingginya mencapai 80 meter, dimana pada ketinggian 25 meter kita sudah dapat melihat keindahan Kota Jambi. Di bawah museum Gentala Arrasy terdapat bangunan yang berada di bawah biasanya digunakankan untuk diselenggarakannya mini teater serta tempat belajar para kaum-kaum muda.
Namun sebagaiamana yang dikatakan oleh Pemandu lapangan bahwa karna bangunannya yang berada di bawah, bangunan tersebut pernah tergenang banjir dan merusak beberapa sarana dan prasarana yang ada, hingga sekarang bangunan itu belum bisa dikunjungi karna masih dalam perbaikan, dan harapan bersama bangunan tersebut dapat membaik kembali.
Kepemilikan Museum Menara Gentala Arasy diberikan kepada Pemerintah Provinsi Jambi, yang mana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi diberikan kepercayaan dalam pengelolaanya. Keunikan dari Museum Menara Gentala Arrasy adalah ruangan museum yang tidak terlalu besar dengan bentuk yang menyerupai lingkaran. Ruangan ini digunakan untuk memamerkan koleksi yang ada museum.
Menara Gentala Arrasy ini adalah sebuah jembatan untuk pejalan kaki yang melintang di atas Sungai Batanghari. Jembatan ini menghubungkan Tepian Tanggo Rajo ke Jambi Kota Seberang.
Jembatan penghubung ini memiliki panjang 503 meter dan lebar 4,5 meter. Museum Menara Gentala Arasy adalah museum yang menggambarkan perkembangan Islam di Provinsi Jambi yang menampilkan identitas melambangkan Kota Jambi sebagai pusat pendidikan Islam.
Museum Gentala Arasy di dalamnya terdapat banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah yang tersimpan, mulai dari Al-Qur’an luar biasa dimana Al-Qur’an tersebut berukuran sangat besar dengan ukuran 1,25 meter x 1,80 meter ditulis tangan oleh 6 orang penulis hebat, dan dinding-dinding museum tersebut dihiasi dengan sejarah peradaban Islam yang ada di Jambi serta berbagai peninggalan sejarah lainnya, yang berupa mushaf mushaf Al-Qur’an terdahulu, pakaian ulama serta ada satu dinding cantik dengan hiasan foto berbentuk tulisan “Jambi” dan terdapat juga peninggalan berupa piring-piring keramik buatan China yang bermotif ayat Al-Quran, mimbar yang berusia lebih dari 100 tahun dan jubah ulama besar yang pernah berdakwah di Jambi.
Koleksi yang paling tua adalah sabuk dan jubah yang dipakai Sri Sultan Mangkubumi dari Dusun Tanah Periuk, Kecamatan Tanah Sepenggal, Kabupaten Bungo yang berusia 400 tahun.
Koleksi lainnya yang terdapat di dalam ruangan Museum Gentala Arasy yang dapat dijadikan sumber belajar perkembangan sejarah Islam di Jambi yaitu ruangan pertama adalah ruangan Naskah.
Di museum ini terdapat banyak peninggalan naskah-naskah keilmuan zaman dulu, diantaranya Al-Qur’an yang usianya sudah ratusan tahun, kemudian ada juga kitab-kitab arab gundul yang berisi tentang keilmuan tasawwuf yang ditulis oleh syeh Muhammad bin ismail di ulu gedong kecamatan danau teluk kota Jambi, ada juga kitab lainnya seperti tajwid, fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits, ada juga kitab Hadits Arbain tulisan tangan dari Syeh Al Islam Taquidin Abi Fatah.
Kitab ini dibuat pada 702 Hijriah. Ketebalannya 500 halaman yang berisi tentang niat, rukun Islam dari 40 hadits, kitab Hadits Dalil Alfiah, isinya tentang Hadits Tawakkal dan Istiqamah yang ditulis tangan penjelasannya oleh seorang ulama bernama Muhammad Bin A’lan A’siddikh Asyafei Al Asyahri dari Kecamatan Tujuh Koto Ulu, Kabupaten Tebo.
Banyak sekali hal menarik yang dapat kita temukan disini, salah satunya adalah kisah datuk sintai yang membawa Islam pertama kali di tanah Jambi, hingga penyebaran agama Islam di Jambi yang pusatnya ada di kota sebrang. Tersebarnya Islam di Jambi, adalah dengan dakwah yang dibangun para ulama Jambi pada waktu itu.
Kemudian terbangun lah pesantren-pesantren yang ada di sebrang sebagai simbol pusat keilmuan agama Islam. Adapun Pondok Pesantren tersebut yaitu, Pondok Pesantren Al-Jauharen, Pondok Pesantren Nurul Iman, Pondok Pesantren Nurul Islam, Pondok Pesantren As’ad dan Pondok Pesantren Sa’adatud darein.
Adapun pesan yang dapat di ambil adalah kita sebagai pemuda tidak hanya kekinian tapi tetap harus dapat melestarikan kebudayaan, mengenal kembali sejarah-sejarah yang ada wabil kususnya di Jambi, dan dapat bersama-sama menjaga serta menginformasikan berbagai sejarah tersebut, terutama sejarah yang berada di daerah kita sendiri yakni Kota Jambi.
Penulis adalah Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Discussion about this post