Aksara24.id – Ketua Alumni Lemhannas Provinsi Jambi, Mursyid Sonsang, menilai bahwa nuansa kebatinan masyarakat dalam Pilkada serentak 2024 tidak jauh berbeda dengan Pemilu Legislatif dan Presiden pada 14 Februari 2024 lalu.
“Nuansa kebatinan ‘maju tak gentar, pilih siapa yang bayar’ ini yang akan terjadi. Perkembangan ini merusak demokrasi, tetapi apa mau dikata, para petinggi republik ini membiarkan hal tersebut,” jelas Mursyid, yang merupakan Alumni Lemhannas PPSA 18 tahun 2012, Jumat (31/05/2024).
Menurut Mursyid, dalam Pilkada serentak kali ini, anak dan kerabat para petinggi republik ini akan ikut bertarung. Mereka akan membiarkan praktik money politic, menghalalkan segala cara, serta menggunakan alat kekuasaan untuk memenangkan anak, menantu, kemanakan, dan kawan koalisinya.
Untuk Pilkada di Kota Jambi, telah mencuat tiga nama calon Wali Kota Jambi periode 2024-2029, yaitu Maulana (mantan Wakil Wali Kota Jambi dan Ketua PAN Kota Jambi), Budi Setiawan (Ketua KONI Provinsi Jambi dan Ketua Golkar Kota Jambi), dan Abdul Rahman (kader NasDem).
Ketiga kandidat ini sudah lama bersosialisasi dengan masyarakat, dan poster-poster mereka tersebar di seluruh Kota Jambi. Mereka adalah kader partai, sehingga peluang diusung oleh partainya masing-masing sangat besar.
Meski demikian, hasil survei dapat menjadi pedoman dan pendorong untuk meningkatkan sosialisasi serta memetakan daerah yang akan digempur nantinya. Pemilihan wakil yang memiliki kekuatan finansial, ketokohan, dan kemampuan juga sangat penting.
“Dalam Pilkada yang brutal, salah satu kunci kemenangan adalah ‘Isi Tas’ dan wakil yang berbobot serta tim sukses yang tidak berkhianat,” jelas penerima Pers Card No. One dari PWI Pusat ini.
Menurut Mursyid, sudah menjadi rahasia umum bahwa ‘Isi Tas’ atau dana yang cukup sangat menentukan kemenangan. Dana tersebut diperlukan untuk sosialisasi, membayar saksi, mahar partai, dan serangan fajar.
“Meskipun serangan fajar itu merupakan bentuk suap kepada pemilih, sudah menjadi rahasia umum bahwa hal itu mewarnai setiap Pilpres, Pileg, dan Pilkada. Apakah berdosa atau tidak, itu urusan dunia politik. Pelakunya yang tahu niat mereka, apakah menyuap untuk dipilih atau bersedekah,” pungkas mantan Ketua Ikatan Keluarga Minang Kota Jambi ini. (*)
Discussion about this post