Aksara24.id – Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas baterai ramah lingkungan berbahan dasar mikroalga dan grafena.
Kelima mahasiswa itu adalah Ersyad Dhillullah, Eigiant Andarta Atmadja, Gustiana Merdikaningrum, Muhammad Rafli Revansyah, serta Mochammad Arsy Algifany Fudam.
Ersyad Dhillullah selaku ketua tim mengatakan, baterai sel kering yang banyak dijumpai di pasaran memiliki bahan dasar seng-karbon (zinc-carbon).
Baterai zinc-carbon tersebut merupakan baterai tertua dan paling banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga.
“Jika sudah tidak dapat digunakan lagi, baterai tersebut akan menjadi limbah Bahan Beracun dan Berbahaya atau B3,” ungkapnya dikutip pada kumparan, Sabtu, (4/6/22).
Meski digolongkan sebagai limbah B3, baterai bekas ini biasanya hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah umum tanpa ada klasifikasi sampah lebih lanjut atau bahkan proses daur ulang. Dimana hal ini dapat membahayakan lingkungan dan juga berdampak pada kesehatan manusia.
Berlatar belakang hal itu, Ersyad dan tim menggagas Battery Microalgae Graphene (BMG) sebagai alternatif yang ramah lingkungan untuk menggantikan baterai zinc-carbon.
BMG ini menggunakan kombinasi mikroalga (Chlorella Sp.) sebagai elektrolit dan grafena sebagai katoda. “Dengan digunakannya elektrolit ramah lingkungan, BMG mampu mengurangi jumlah limbah kimia berbahaya,” jelasnya.
Ersyad menuturkan, BMG akan menghasilkan listrik ketika anoda mengalami reaksi oksidasi dan katoda grafena mengalami reaksi reduksi.
Dalam hal ini, grafena digunakan karena dapat secara efektif meningkatkan pengangkutan elektron dan ion.
“Dengan demikian, penggunaan grafena dapat meningkatkan sifat kelistrikan baterai, memberikan stabilitas kimia yang lebih baik, serta konduktivitas listrik dan kapasitas energi yang lebih tinggi,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, dari hasil pengujian kinerja, BMG menunjukkan 26,67 persen lebih kuat dan memiliki kemampuan untuk bertahan 40 persen lebih lama dari baterai zinc-carbon lain yang ada.
“Semoga inovasi ini bisa seger diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari guna mendukung pengembangan green technology,” pungkasnya.
Diketahui, berkat inovasi tersebut, Ersyad dan tim berhasil meraih medali emas dalam ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2022 kategori Innovation Science. (Kumparan/Hn)
Discussion about this post