Aksara24.id – Ketua DPRD Provinsi Jambi, Edi Purwanto mengungkapkan setidaknya ada 3 tiga pendekatan yang sangat penting dalam pengelolaan Sungai Batanghari agar terhindar dari pencemaran yang mengakibatkan kerusakan pada sungai tersebut.
Pertama, kata Edi adalah adat, pendekatan adat diperlukan guna memunculkan atau mengingat kembali kesadaran kolektif masyarakat tentang betapa pentingnya menjaga keasriaan dan kebersihan sungai batanghari.
Kedua, lanjut Edi adalah pendekatan politik. Ia menilai perlu adanyan komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan untuk mengembalikan dan menjaga keasrian sungai terpanjang di sumatera tersebut.
“Terakhir adalah pendekatan hukum. Perlu adanya aturan yang mengikat untuk menjamin pengelolaan Sungai Batanghari,” kata Edi saat saat Rapat Koordinasi Kenduri Swarna Bhumi, bertempat di Auditorium Rumah Dinas Gubernur Jambi, Senin (14/03/2022).
Sementara itu, Wakil Gubernur Jambi, Drs. H. Abdullah Sani mengatakan Pemerintah Provinsi Jambi telah mencanangkan Gerakan Sungai Batanghari Bersih. Melalui event kenduri Swarnah bumi ini, Sani berharap dapat mengembalikan dan mewariskan kekayaan alam maupun budaya dari Sungai Batanghari.
“Kita berharap kegiatan kenduri Swarnabhumi menjadi upaya bersama untuk memajukan kebudayaan dan menjaga lingkungan sungai di daerah aliran Sungai Batanghari,” kata Sani.
Sani mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan kenduri Swara Bhumi yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. “Saya menyambut baik kegiatan Susur Budaya Melayu Jambi kerja sama antara Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Pemerintah Provinsi Jambi, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat ini,” ujar Sani.
Provinsi Jambi, lanjut Sani memiliki kebudayaan Melayu Jambi yang beraneka ragam yaitu meliputi upacara kepercayaan tradisional, sistem kemasyarakatan/kepemimpinan, sistem gotong royong, adat perkawinan, tradisi lisan, bahasa, pakaian, corak arsitektur bangunan, peralatan dan pertukangan, permainan, seni, ragam makanan dan minuman, hukum adat, pengobatan dan berbagai kreasi lainnya.
Sani mengharapkan, dari kenduri Swarna bhumi ini menjadi informasi baru sekaligus penelusuran bukti-bukti sejarah budaya Melayu Jambi, melalui konsep traveling budaya dari kacamata anak muda.
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilman Farid,Ph.D mengatakan, kenduri ini bukan hanya kegiatan, namun merupakan gerakan kebudayaan untuk mengingatkan kembali ingatan masyarakat tentang pentingnya sungai dalam kehidupan sehingga harus meletakkan kebudayaan di hulu pembangunan.
Hilman Farid memaparkan, Pemerintah Provinsi Jambi dapat melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan pada kenduri Swarnabhumi ini, diantaranya adalah seminar, lokakarya, pagelaran, pameran, dan pemanfaatan media-media baru. Kenduri Swarnabhumi ini berupa kegiatan arung budaya dengan salah satu tujuannya adalah dapat lebih menjalin kesatuan antar Kabupaten dan Kota.
“Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada kenduri Swarnabhumi dapat menyesuaikan dan bersinergi dengan kegiatan Pemerintah Daerah. Komitmen dari setiap Pemerintah Daerah terhadap daerah aliran Sungai Batanghari sangat penting untuk menyukseskan kenduri Swarnabhumi,” kata Hilman Farid.
Sembilan Pemerintah Daerah DAS Batanghari yang hadir pada rapat koordinasi ini yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Muaro Jambi, Kota Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, dan Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat menyatakan komitmen yang ditandai dengan penandatangan secara simbolis. (Ga/adv)
Discussion about this post