Aksara24.id – Ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga salah satunya ditopang oleh kinerja neraca transaksi berjalan yang konsisten baik. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu mengatakan, hal ini merupakan kinerja yang sangat baik mengingat banyak risiko yang tengah dihadapi seperti lonjakan harga minyak dunia yang didorong oleh eskalasi tensi geopolitik yang menekan neraca perdagangan migas.
“Jelas bahwa upaya reformasi struktural Indonesia berhasil menciptakan surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia yang konsisten tinggi bahkan terus meningkat sehingga berhasil menyerap risiko yang berasal dari kenaikan harga minyak,” ungkap Febrio dalam rilisnya, Selasa (24/05).
Neraca transaksi berjalan kuartal I 2022 mencatat surplus sebesar USD0,2 miliar atau 0,1% dari PDB. Surplus ini sedikit menurun diakibatkan kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan defisit di sektor migas. Sedangkan, neraca perdagangan nonmigas tetap kuat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun sedikit menurun karena faktor eksternal yaitu perlambatan ekspor ke negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang.
Surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat sebesar USD17 miliar. Sedangkan, Neraca Perdagangan Migas pada kuartal I 2022 mencatat defisit sebesar USD5,9 miliar.
Penurunan surplus neraca transaksi berjalan juga disebabkan oleh jasa keuangan dan jasa perjalanan, seiring dengan pemulihan ekonomi dan peningkatan perjalanan dan wisata nasional ke luar negeri yang mempengaruhi neraca jasa.
Untuk memperbaiki kondisi defisit migas, Pemerintah juga terus berupaya membangun kapasitas industri hulu migas sehingga posisi neraca berjalan akan menguat.
Sedangkan dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF) terjadi peningkatan aliran dana masuk neto investasi langsung ke sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor lainnya dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini sebagai bentuk optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik sebagai akibat penanganan pandemi yang efektif dan iklim investasi yang terus terjaga di Indonesia.
Kinerja positif ini membantu mempersempit defisit TMF menjadi USD1,7 miliar atau sebesar 0,5 persen dari PDB.
Mempertimbangkan outlook neraca transaksi berjalan dan TMF, performa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan diharapkan ke depan diperkirakan masih baik dan dapat menopang ketahanan sektor eksternal.
Secara agregat, pada Triwulan I 2022, NPI menunjukkan kinerja yang relatif baik, meskipun mencatatkan defisit sebesar USD1,8 miliar, di tengah ketidakpastian terkait dinamika global. Posisi cadangan devisa pada Maret 2022 tercatat sebesar USD139,1 miliar atau setara dengan kebutuhan pembiayaan impor dan utang luar negeri Pemerintah selama tujuh bulan.
“Cadangan devisa ini menjadi modal dalam menjaga ketahanan Indonesia terhadap berbagai potensi risiko eksternal ke depan,” tutup Febrio. (Hn)
(Sumber: kemenkeu.go.id)
Discussion about this post