Aksara24.id – Penelitian jangka panjang terhadap orang tua mengungkap bahwa sering mimpi buruk adalah gejala awal dari penyakit Parkinson, gejala neurologis yang merusak motorik atau gerakan pasien.
Beberapa gejala Parkinson di antaranya tremor di satu tangan, atau gerakan yang semakin lambat atau bahkan kaku. Wajah yang sulit membentuk ekspresi juga termasuk gejalanya.
Parkinson adalah satu dari sekian penyakit yang terbentuk seiring seseorang bertambah tua Peneliti sudah mengetahui sebelumnya bahwa mimpi buruk berkaitan dengan penyakit neurologis, khususnya di kalangan pria. Namun riset ini adalah yang pertama mengungkap korelasi langsung antara frekuensi mimpi buruk dengan Parkinson.
Studi ini melibatkan 3.818 pria tua sebagai responden selama 12 tahun. Hasilnya, mereka yang sering mimpi buruk memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengidap Parkinson.
Sebagian diagnosis dilakukan dalam jangka setelah studi berlangsung lima tahun. Pada tahun ke-4 studi, partisipan yang sering melaporkan mimpi buruk terhubung dengan peningkatan risiko enam kali lipat mengalami gejala gangguan neurologis.
Peneliti di studi ini menyugesti bahwa Parkinson dapat dideteksi dengan menanyakan ke orang tua seperti apa mimpi mereka. Penanganan dini dapat membantu menghentikan timbulnya gejala fisik, seperti tremor, kaku, dan lamban.
Salah satu tantangan pada penyakit Parkinson adalah diagnosis awal. Ketika terdeteksi, pasien sudah membentuk 60 hingga 80 persen neuron pelepas dopamin di otak mereka.
“Meskipun sangat bermanfaat untuk mendiagnosis penyakit Parkinson sejak dini, hanya ada sedikit indikator risiko dan banyak di antaranya memerlukan tes rumah sakit yang mahal atau sangat umum dan tidak spesifik, seperti diabetes,” jelas Abidemi Otaiku, ahli saraf dari University of Birmingham, Inggris, sekaligus penulis studi.
“Sementara kita perlu melakukan penelitian lebih lanjut di bidang ini, mengidentifikasi pentingnya mimpi buruk dan mimpi buruk dapat menunjukkan bahwa individu yang mengalami perubahan mimpi mereka di usia yang lebih tua -tanpa pemicu yang jelas- harus mencari nasihat medis,”
Satu dari empat pasien melaporkan frekuensi mimpi buruk di waktu diagnosis, bahkan berlanjut hingga 10 tahun selanjutnya. Studi lain menunjukkan bahwa pasien Parkinson punya risiko empat kali lebih besar untuk mengalami mimpi buruk dibanding populasi.
Namun peneliti masih belum dapat menjelaskan apakah mimpi buruk memang produk sampingan dari Parkinson atau tidak. Butuh data lebih lanjut seperti aktivitas otak selama tidur untuk mengetahui apa yang pasien Parkinson alami ketika mimpi buruk atau tidak.
Hipotesisnya adalah perubahan pada frontal cortex yang dialami oleh pria yang menua menimbulkan gangguan regulasi emosi ketika tidur. Studi ini dipublikasikan di EClinicalMedicine per 22 Maret 2022.
(Sumber: kumparan)
Discussion about this post