Bengkulu, Aksara24.id — Warga Pulau Enggano saat ini tengah menghadapi kondisi darurat akibat lumpuhnya jalur transportasi laut selama lebih dari dua minggu.
Tidak beroperasinya kapal pengangkut membuat ribuan warga di pulau tersebut terancam terisolasi dan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ketua Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Daerah Enggano, Mulyadi Kauno, menyuarakan keprihatinannya atas kondisi warga.
Ia mendesak agar pemerintah segera mengambil tindakan konkret untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Sudah lebih dari dua minggu tidak ada kapal yang masuk ke Enggano. Kebutuhan pokok menipis, warga tidak bisa keluar pulau, dan aktivitas ekonomi lumpuh. Ini situasi yang sangat darurat,” ujar Mulyadi, Kamis (10/4/2025).
Ketiadaan transportasi laut tidak hanya berdampak pada ketersediaan bahan pokok, tapi juga menghambat aktivitas pendidikan dan perdagangan masyarakat.
“Mahasiswa tidak bisa kembali ke kampus, guru tidak bisa menjalankan tugas, dan hasil bumi warga tidak bisa dijual keluar pulau,” tambah Mulyadi.
Warga setempat, Windi Aprilia, mengeluhkan naiknya harga bahan pokok secara drastis. Menurutnya, beberapa barang bahkan sudah tidak tersedia lagi di warung-warung.
“Bawang sudah Rp70 ribu per kilo, minyak goreng Rp26 ribu. Telur sudah tidak ada yang jual. Ini sangat menyulitkan kami,” ungkap Windi.
Hal senada disampaikan oleh Sonia Agustin, mahasiswi Politeknik Kesehatan Bengkulu yang saat ini tertahan di Enggano.
Ia harusnya sudah kembali ke Bengkulu untuk menyelesaikan skripsi, namun terkendala karena tidak ada kapal.
“Saya seharusnya sudah masuk kuliah sejak 8 April, tapi sampai sekarang belum bisa berangkat. Saya mohon kepada pemerintah untuk segera mencari solusi,” harap Sonia.
Masyarakat Pulau Enggano kini menggantungkan harapan pada perhatian pemerintah agar segera memulihkan akses transportasi ke pulau mereka, sebelum situasi semakin memburuk. (Yola)
Discussion about this post