Oleh: Musri Nauli
Membaca tulisan Makmur Haji Harun dkk didalam karyanya “PENERAPAN BAHASA MELAYU TERHADAP SENI DAN BUDAYA MASYARAKAT JAMBI INDONESIA” yang dimuat di Fakulti Bahasa dan Komunikasi, UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN IDRIS Tanjong Malim, Perak membuat saya menjadi paham. Bagaimana sejarah, penggunaan bahasa Melayu didalam seni dan budaya masyarakat Jambi.
Namun yang menarik adalah tentang arsitektur tradisional rumah masyarakat Melayu Jambi.
Mengutip dari Giyarto didalam bukunya Selayang pandang Jambi, bentuk arsitektur tradisional rumah orang Melayu Jambi mempunyai bentuk mengikut bentuk rumah tradisional dengan menggabungkan bentuk tradisi masyarakat
Bahkan tiap-tiap suku di Jambi mempunyai bentuk rumah tradisional yang berbeda. Walaupun adanya kesamaan yang berbentuk panggung diatas tiang.
Pemilihan rumah berbentuk panggung diatas tiang disesuaikn dengan kondisi daerah Jambi yang banyak berawa, menjauhkan dari hewan. Dan disamping itu banyak sekali yang kemudian dilalui sungai ketika banjir. Termasuk Sungai Batanghari.
Sehingga pilihan menggunakan rumah panggung diatas tiang akan terhindar dari banjir.
Untuk rumah adat suku Batin dinamakan kajang lako. Berbentuk melengkung ke atas kedua ujung bubungan atas dan ke Bawah berlipa dua sehingga berbentuk segitiga.
Biasa juga disebut rumah lamo. Di Kerinci disebut rumah larik.
Disebut larik disebabkan bangunan rumah terdiri dari beberapa rumah petak yang saling terhubung antara satu dengan yang lain.
Rumah Melayu Jambi sering juga disebut rumah bertiang. Disebut bertiang karena rumah memang didirikan diatas tanah bertiang kayu sehingga berbentuk panggung. Kesemuanya menggunakan kayu.
Struktur rumah bertiang terdiri dari beberapa bagian. Setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Bagian depan meliputi Anak tangga, Jagon (tempat slipar), pelancon (ruang depan), serambi gedang (serambi muka).
Selanjutnya masuk kedalam terdiri dari serambi dalam (ruang utama) yang biasanya menerima tamu. Kemudian Amben melintang (ruang pelamin) dan kamar untuk Bujang dan gadis.
Ke belakang kemudian dikenal serambi belakang, laren, Garang dan dapur untuk memasak.
Dibawahnya kemudian dikenal kolong rumah. Tempat menyimpan alat-alat pertanian. Kadang juga berfungsi untuk Kandang.
Di Seberang belakang kemudian dikenal Blubur (ada juga menyebutkan belubur). Fungsinya tempat menyimpan hasil pertanian dan Perkebunan seperti padi, kopi dan alat pertanian.
Mirip dengan Lumbung padi di desa-desa Nusantara.
Penulis adalah Advokat tinggal di Jambi
Discussion about this post