Oleh : Rudi Siswanto
Pentingnya menjaga budaya gotong royong di tengah modernisasi zaman gotong royong merupakan salah satu budaya yang sejak dulu dikenal masyarakat sebagai sarana untuk kerjasama dan bahu membahu dalam menyelesaikan suatu kepentingan bersama yang didasarkan pada solidaritas Sosial dalam suatu wilayah dan merupakan kearifan dalam suatu daerah.
Contohnya, dalam suatu desa ataupun pemukiman di daerah perkotaan, warga bersama – sama membersihkan saluran air atau got.
Di Kabupaten Batanghari sendiri, Gotong Royong di era sekarang ini sudah mulai terlupakan, salah satu penyebabnya kesibukan individu masing – masing dalam kesehariannya.
Ditambah lagi modernisasi telah mengubah pola pikir masyarakat, banyak berpendapat bahwa modernisasi di zaman sekarang ini adalah suatu tradisi.
Budaya gotong royong merupakan salah satu warisan yang tidak sama dengan budaya lainya, karena gotong royong bukanlah salah satu warisan suatu benda.
Lain halnya dengan warisan budaya lainya seperti tarian serta berbagai perilaku terstruktur lainya. Gotong royong bukan merupakan suatu benda atau intangible dapat dipegang dan diraba yang mempunyai kepadatan tapi melahirkan rasa kebersamaan dan dapat dikatakan salah satu ajang silaturahmi.
Padahal gotong royong merupakan kekuatan besar masyarakat untuk membangun sesuatu di era modern seperti sekarang ini, tapi malah sebaliknya di era modern seperti sekarang ini budaya gotong royong sudah mulai pudar, sebab modernisasi telah mengubah kehidupan dunia dan modernisasi melahirkan bentuk kehidupan yang sangat Kompleks.
Padahal dalam membentuk dan membangun karakter suatu daerah kita perlu meningkatkan dan menyadari adanya nilai – nilai kearifan lokal, siapa lagi kalau bukan Kita.
Di era modern seperti saat ini masih banyak juga masyarakat bergotong royong dikota maupun di desa. Contoh kegiatan membersihkan Masjid di hari Jum’at untuk menyambut hari – hari besar Agama Islam.
Masih banyak juga tradisi gotong royong yang mereka lakukan, saat salah satu keluarga, kerabat atau warga sekitar yang mengalami kedukaan, kegiatan tersebut dinamakan Hileiya yakni dengan memberikan sejumlah uang melalui ibu PKK yang dikumpulkan untuk diberikan kepada keluarga yang sedang berduka.
Perlu kita sadari dalam membangun suatu daerah bukan hanya mengandalkan dana APBD dari pemerintah saja, tapi juga didasari dengan unsur – unsur nilai gotong royong yang tinggi.
Contoh kecil, masih banyak area belakang perkantoran di Kabupaten Batanghari terlihat sampah berserakan banyaknya gulma liar tumbuh di area tersebut. Bukankah Program tersurat dalam visi misi Bupati dan Wakil Bupati salah satunya adalah gotong royong.
Secara tidak langsung Bupati dan Wakil Bupati Batanghari yang sekarang ini mempunyai niat dalam membangkitkan nilai – nilai gotong royong, yang dapat kita ketahui sekarang ini nilai – nilai gotong royong mulai semakin memudar dikalahkan dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
Misalnya, salah satu Kantor Dinas, dihari Jum’at menggelar gotong royong membersihkan area perkantoran membersikan sampah dan gulma di area perkantoran mereka. Dan itu sudah menggambarkan suatu unsur gotong royong atau kebersamaan.
Bukan hanya diperkantoran saja ditingkat kelurahan dan desa melalui RT/RW juga bisa melakukan hal yang serupa, semisal bergotong royong membersikan tempat ibadah, jalan, got dan lainya maka tradisi gotong royong bakal sulit dikalahkan dengan era modern sekarang ini.
Jika ada yang bertanya, lantas siapa yang layak menjadi pelaku tradisi gotong royong..??
Ya kita sendiri yang membangkitkan. Dimulai dari diri sendiri, kita sendiri harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menciptakan nilai – nilai kebersamaan dalam bentuk tradisi gotong royong baik si miskin ataupun si kaya.
Timbul persoalan si kaya tidak ada waktu untuk bergotong royong karena kesibukannya sehari – hari dalam mengurus usahanya dan itu bukan satu penghalang karena tradisi gotong royong tidak mempunyai aturan yang bersifat baku.
Tradisi gotong royong tidak bisa dinilai dengan uang ataupun tenaga tapi kesadaran tinggi dan toleransi lah yang tumbuh dari hati kita.
Misal ada alasan, si kaya sibuk tidak bisa hadir menyumbangkan tenaganya tapi dengan didasari toleransi tinggi bisa saja memberikan seperti material yang dibutuhkan atau memberikan sejenis makanan dan minuman untuk pelaku gotong royong.
Begitu juga si miskin tidak mampu memberikan sumbangan seperti si kaya tapi harus juga mempunyai kesadaran yang tinggi dan mampu menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan bersama.
Siapa saja wajib membangkitkan tradisi gotong royong yang merupakan salah satu warisan leluhur kita yang hampir pudar ditelan masa.
Penulis adalah Ketua IWO Batanghari
Discussion about this post