Oleh : Musri Nauli
Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk melakukan evaluasi kegiatan BRGM. Terutama memastikan berbagai pelaksanaan capaian pemulihan gambut, proyek infrastruktur pembasahan, penerimaan manfaat masyarakat dari segi ekonomi.
Desa-desa yang ditunjuk seperti Desa Sido Mukti, Desa Catur Rahayu kedalam Kecamatan Dendang. Kelurahan Teluk Dawan (Muara Sabak Barat) dan Desa Pematang Rahim (kecamatan Mendahara Ulu). Kesemuanya termasuk kedalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Desa Sponjen dan Desa Sungai Aur (Kecamatan Kumpeh) yang termasuk kedalam Muara Jambi. Dan Desa Sungai Kayu Aro dan Desa Marga Rukun (Kecamatan Senyerang) Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Melihat daerah-daerah yang tersebar di berbagai tempat maka tidak dapat dipungkiri harus menempuh rute-rute yang bersilewaran. Jauh dari beberapa titik kesatu ke titik yang lain.
Bayangkan. Rute ke Sabak (menuju ke Kecamatan Dendang) kemudian kembali balik ke Jambi (ke Kumpuh). Setelah itu kemudian balik lagi ke Senyerang (Kabupaten Tanjung Jabung barat). Sehingga dapat melihat bagaimana perkembangan pembangunan jalan yang sedang berlangsung.
Dari Jambi menuju Kumpeh, tidak dapat dihindarkan jalan yang sempat sama sekali tidak terbangun. Bayangkan hanya selemparan batu dari Rumah Dinas Gubernur Jambi (Gubernuran), hampir 20 tahun sama sekali tidak tersentuh.
Masih ingat dua tahun yang lalu, jangankan di daerah ilir Kumpeh, baru masuk Muara Kumpeh (depan Kantor Camat Kumpeh Ulu), lubang menganga sudah memaksa kendaraan harus meliuk-liuk melewati lubang yang menganga. Tidak tanggung-tanggung. Bisa memakan setengah badan mobil. Jadi dapat dibayangkan bagaimana hingga ke daerah Ilir Kumpeh (Kelurahan Tanjung, Suak Kandis hingga di Batas Muara Jambi – Tanjung Jabung Timur (dikenal daerah simpang).
Alangkah kagetnya saya. Kendaraan dapat dipacu kencang hingga melewati Desa Arang-arang. Kantor Desa Arang-arang yang biasanya lubang menganga, sekarang stablil dilalui kendaraan.
Didepan Desa Tarikan yang bisa membuat truk bisa terperosok, alhamdulilah sudah aman. Nyaman.
Usai dari Desa Arang-arang menjelang Desa Sipin Teluk Duren yang biasanya berlubang menganga lagi-lagi sudah mulus. Sudah dicor rapi. Sehingga nyaman dilalui.
Bayangkan. Biasanya didepan BPP Arang-arang yang lubang menganga, akupun kaget.. wuih.. serasa mimpi.. Selama ini sama sekali belum pernah diperbaiki (seumur saya melewatinya), Sekarang mulus.. bak Jalan tol..
Perjalanan ke Kumpeh Ilir semakin nyaman. Jalan yang biasa “parah” berlubang di Pulau Mentaro, Betung sama sekali sudah jauh dinikmati. Hingga menjelang memasuki Desa Pematang Raman, Pembangunan “seakan-akan” terhenti. Walaupun sampai ke Suak Kandis sudah “discrap”, namun belum disentuh dengan cor semen.
Keberlanjutan jalan dari Desa Pematang Raman hingga ke Suak Kandis akan dilanjutkan hingga akhir tahun 2024.
Alangkah leganya. Jalan Muara Kumpeh – Suak Kandis yang selama 20 tahun lebih belum diperbaiki dengan baik, sudah jauh menunjukkan kemajuan. Dan itu adalah perjuangan dari Kepala Desa Kecamatan Kumpeh yang langsung menyampaikan kepada Al haris – Gubernur Jambi ketika bertandang ke Desa Gedung Karya (dulu dikenal Gedung Terbakar).
Al Haris sebagai Gubernur Jambi yang menerima aspirasi Kepala Desa Se-Kecamatan Kumpeh, Muara Jambi langsung merespon.
Rencana Anggaran perbaikan Rp 70 Milyar kemudian bertambah hingga Rp 380 milyar. Dengan sistem multi years (jamak tahun).
Sehingga Pembangunan Tahap pertama tahun 2022 mencapai tuntas di sepanjang Kecamatan Kumpeh Ulu, dan dilanjutkan tahun 2023 mencapai hingga Desa Pematang Raman dan direncanakan tahun 2024 hingga ke Suak Kandis sudah bisa dirasakan oleh masyarakat Kumpeh Ulu dan Kecamatan Kumpeh Ilir.
Saya yang merasakan betul dampak buruk dari jalan hingga ke Simpang (batas Muara Jambi – Tanjabtim) betul-betul merasakan manfaatnya.
Terima kasih, Pak Gub.
Penulis adalah Advokat tinggal di Jambi
Discussion about this post