Aksara24.id – Mereka yang berada di kawasan rentan konflik harus dibekali dengan pengetahuan dalam menyaring informasi. Tujuannya adalah untuk mencegah munculnya konflik yang dapat menyusahkan mereka sendiri.
Seperti indigenous people Batin Sembilan di Hutan Harapan dan masyarakat adat Melayu di Kumpe Ulu, misalnya. Kedua kelompok masyarakat yang berada di Provinsi Jambi ini sangat dekat dengan konflik, terutama konflik tenurial.
Amiraacademy, sebuah lembaga non profit yang bergerak di bidang informasi dan komunikasi telah melakukan pendidikan seputar dasar-dasar penyaringan informasi yang beredar, terutama yang berasal dari media sosial, untuk masyarakat.
Dengan dukungan International Center For Journalists (ICFJ), Amiraacademy yang dinaungi kanal berita amira.co.id ini telah bekerjasama dengan pihak Hutan Harapan untuk mengadakan pelatihan kepada kelompok Batin Sembilan di Simpang Macan Luar, Desa Bungku Kabupaten Batanghari pada April 2024 lalu.
“Kami memahami keterbatasan kami dalam mendapatkan informasi. Lemahnya sinyal telepon selular menjadi penyebab utamanya,” kata Yu Nani, perwakilan dari indigenous people Batin Sembilan dalam press release yang diterima media ini, Sabtu (25/05/2024).
Dengan metode teori dan praktek, sekitar 20-an orang indigenous people Batin Sembilan telah memahami bagaimana cara informasi hoax beredar dengan cepat, dan bagaimana cara untuk menangkalnya.
Juga, sekitar belasan staf PT Restorasi Ekosistem, pengelola Hutan Harapan, ikut serta dalam pelatihan ini. Sehingga, keinginan melaksanakan konservasi bagi areal restorasi ekosistem ini dapat tetap dijaga.
“Jangan terlalu cepat menyerap informasi. Tanyakan langsung dari sumber utamanya,” kata Zulfa Amia Zaed, mentor dari Amiraacademy.
Pembekalan pengetahuan terkait informasi ini juga ditularkan kepada para petani dari masyarakat adat Melayu di Desa Sumber Jaya Kecamatan Kumpe Ulu Kabupaten Muarojambi. Kelompok ini telah lebih dari dua puluh tahun mengalami konflik tenurial dengan beberapa perusahaan.
“Sulit bagi kami selama ini memilih mana informasi yang benar dan mana yang salah. Tapi kini, kami mampu untuk itu,” kata Nur Jannah, dari Desa Sumber Jaya.
Pelatihan di Desa Sumber Jaya diikuti oleh 40-an orang, dimana Amiraacademy bekerjasama dengan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Wilayah Jambi dan Serikat Tani Kumpe (STK). Dan telah dilaksanakan pada bulan Mei 2024.
“Pengetahuan yang baik ini seharusnya dapat kita terapkan untuk mencegah kekacauan informasi yang diterima masyarkat,” kata M Yaser dari KPA Wilayah Jambi.
Selain menyasar kepada kaum perempuan dan generasi muda, pelatihan menangkal disinformasi ini juga diikuti oleh orang-orang yang dituakan di masing-masing kelompok.
Harapannya, akan muncul inisiatif baru bagi banyak orang di kelompok, untuk tidak dengan mudah menyebarkan berita yang belum jelas benar atau salah, dan dapat meminimalisir kegaduhan yang akan terjadi di masyarakat.(*/)
Discussion about this post