Mukomuko, Aksara24.id – Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten Mukomuko, ditetapkan sebagai desa percontohan (pilot project) program kemandirian desa oleh Pemerintah Kecamatan XIV Koto. Inovasi ini diwujudkan melalui pengelolaan sampah berbasis komunitas dan budidaya maggot, yang bertujuan menciptakan lingkungan bersih sekaligus menumbuhkan ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Program ini merupakan bagian dari visi Bupati dan Wakil Bupati Mukomuko dalam membangun desa mandiri yang berdaya secara ekonomi dan berkelanjutan. Kegiatan percontohan tersebut resmi dimulai pada Rabu (10/12/2025) di Kantor Desa Lubuk Sanai.
Selama ini, sampah kerap dianggap sebagai sumber masalah—mulai dari penyebab penyakit, pencemaran lingkungan, hingga polusi udara. Namun, melalui pendekatan baru ini, masyarakat diajak melihat sampah sebagai sumber daya ekonomi yang bernilai.
“Dengan pengelolaan yang baik, sampah bisa menjadi sumber penghasilan bagi keluarga dan desa,” ujar Kepala Desa Lubuk Sanai, Mutriadi, usai kegiatan peresmian.
Menurut Mutriadi, inti dari program ini adalah pemilahan sampah sejak dari rumah tangga, memisahkan antara sampah organik dan nonorganik. Selanjutnya, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) akan menjemput sampah secara terjadwal agar pengelolaan berjalan lebih teratur dan efisien.
Sampah organik yang telah dipilah dimanfaatkan untuk budidaya maggot, yang dapat dijual sebagai pakan ternak atau bahan baku pupuk organik bernilai tinggi. Adapun sampah nonorganik akan dikumpulkan untuk didaur ulang atau dijual ke pengepul.
“Program ini tidak hanya soal kebersihan, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat bisa memperoleh manfaat ekonomi dari pengelolaan sampah,” jelas Mutriadi.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Mukomuko dan Pemerintah Kecamatan XIV Koto atas kepercayaan yang diberikan kepada desanya.
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan yang diberikan. Desa Lubuk Sanai siap menjalankan program ini dengan penuh tanggung jawab,” ujarnya.
Pihak desa juga telah menyiapkan berbagai langkah pendukung, antara lain pembentukan lembaga pengelola, penyusunan payung hukum desa, serta pelatihan dan edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan budidaya maggot.
Selain itu, pemerintah desa melakukan survei awal melalui kuesioner dan wawancara dengan warga untuk mengukur tingkat penerimaan terhadap program.
“Alhamdulillah, mayoritas masyarakat mendukung inovasi ini. Meski begitu, kami tetap memerlukan pendampingan dan advokasi berkelanjutan dari pemerintah kecamatan dan pihak terkait,” kata Mutriadi.
Melalui pilot project ini, Desa Lubuk Sanai diharapkan menjadi contoh bagi desa lain di Kabupaten Mukomuko dalam mewujudkan kemandirian ekonomi yang ramah lingkungan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, program ini ditargetkan dapat menciptakan ekosistem ekonomi sirkular yang berkelanjutan di tingkat desa. (Hd)






































Discussion about this post