Aksara24.id – Dalam debat perdana Pemilihan Gubernur Bengkulu yang berlangsung pada Kamis, 31/10/2024, calon gubernur petahana Rohidin Mersyah tampil unggul dengan penguasaan materi dan kemampuan menyampaikan program secara rinci.
Sementara itu, Helmi Hasan, yang menjadi penantang dalam kontestasi ini, terlihat beberapa kali kesulitan menjawab sanggahan dari Rohidin, terutama terkait isu-isu strategis yang krusial bagi masa depan Bengkulu.
Debat yang berlangsung di Mercure Hotel tersebut memberikan kesempatan kepada masing-masing calon untuk memaparkan visi, misi, dan program unggulan mereka, serta membedah masalah-masalah utama yang dihadapi Provinsi Bengkulu, mulai dari pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan sosial, hingga keberlanjutan ekonomi daerah.
Ifansyah, Dosen UIN Fatmawati Soekarno yang turut menyaksikan debat melalui saluran Facebook, memberikan pandangan kritis terhadap performa kedua calon.
Menurutnya, Rohidin berhasil menonjol dengan gaya debat yang lugas dan matang, menunjukkan pemahaman mendalam tentang berbagai isu yang menjadi perhatian utama masyarakat.
Terlebih, ia mampu memaparkan capaian program yang telah berjalan selama masa jabatannya, disertai dengan data konkret yang mendukung argumennya.
“Rohidin tidak hanya tampil dengan keyakinan, tapi juga membawa data-data yang relevan dalam menjawab berbagai persoalan. Misalnya, ketika membahas capaian di bidang infrastruktur, ia bisa menjelaskan detailnya secara gamblang dan mengaitkannya dengan rencana lima tahun ke depan,” kata mantan Ketua Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PKC PMII) Provinsi Bengkulu ini, 01/11/2024.
“Ini memberi kesan kuat bahwa ia benar-benar memahami setiap langkah strategis yang dibutuhkan Bengkulu,” tambahnya.
Rohidin juga menyoroti perlunya kesinambungan program yang telah dicanangkan sebelumnya, menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan akan menjadi landasan penting untuk mempercepat kemajuan Provinsi Bengkulu.
Ia menekankan pentingnya pengelolaan anggaran yang tepat sasaran dan transparan, serta peningkatan kerja sama dengan pemerintah pusat untuk mendukung berbagai proyek infrastruktur vital.
Di sisi lain, Helmi Hasan menampilkan sejumlah ide yang kurang inovatif, terutama program-program berbasis pemberdayaan masyarakat. Sehingga Ifansyah mencatat bahwa Helmi kerap terjebak dalam penyampaian yang kurang mendalam, terutama ketika harus menjelaskan teknis pelaksanaan programnya dan merespons sanggahan dari Rohidin.
“Pak Helmi tidak membawa ide-ide cukup bagus, karena kurangnya data yang kuat. Ini membuat posisinya selalu terpojok ketika harus menanggapi argumen dan data konkret yang disampaikan Rohidin,” tambah aktivis PMII ini.
Helmi mencoba menekankan program-program yang pro-rakyat dan berfokus pada peningkatan ekonomi berbasis komunitas, namun kurangnya penguasaan atas isu-isu yang lebih teknis tampak memengaruhi efektivitas penyampaiannya.
Pada sesi penutupan, Rohidin kembali mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas dan keberlanjutan program demi Bengkulu yang lebih maju.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun daerah ini, serta mengedepankan persatuan di tengah perbedaan pilihan politik.
Rohidin mengakhiri dengan penekanan pada pentingnya peran serta masyarakat dalam memastikan keberhasilan program pemerintah, sambil berkomitmen pada transparansi dan akuntabilitas.
“Mari kita jadikan Pilkada ini sebagai momentum demokrasi yang sehat, dengan memilih pemimpin yang bisa membawa Bengkulu ke arah yang lebih baik,” ujarnya.
Debat perdana ini semakin memperkuat antusiasme masyarakat dalam menyambut pemilihan kepala daerah, dengan penampilan kedua calon yang penuh dinamika dan kompetitif.
Dengan debat selanjutnya di putaran kedua pada 12 November dan putaran ketiga pada 21 November, yang masih akan digelar, publik Bengkulu akan terus mengikuti dan menilai siapa di antara kedua kandidat ini yang mampu mewujudkan visi untuk Bengkulu yang lebih baik. (Jahri)
Discussion about this post