Aksara24.id – Inflasi bulanan di Provinsi Jambi mencapai 1,13% pada Maret 2025, berdasarkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini lebih rendah dibanding inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,65% (month-to-month).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Warsono, menyebutkan bahwa pendorong utama inflasi adalah lonjakan tarif listrik, dengan andil sebesar 0,92% terhadap total inflasi bulan tersebut.
“Kenaikan tarif listrik disebabkan oleh berakhirnya insentif Pemerintah dalam bentuk diskon tarif listrik sebesar 50% bagi pelanggan rumah tangga PLN dengan daya 2.200 VA ke bawah. Diskon ini hanya berlaku sampai Februari 2025,” ungkap Warsono dalam siaran pers tertanggal 9 April 2025.
Tarif listrik, menurut Warsono, merupakan komoditas dengan bobot terbesar kedua dalam struktur pengeluaran masyarakat Jambi, yaitu 4,11%, setelah bensin.
Selain listrik, inflasi Maret 2025 juga dipicu oleh kenaikan harga komoditas pangan seperti bawang merah (andil 0,07%), kopi bubuk (0,06%), bayam (0,06%), dan kangkung (0,05%). Kenaikan ini berkaitan erat dengan meningkatnya permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.
“Permintaan meningkat tajam menjelang Lebaran, dan pasokan beberapa komoditas seperti kopi Arabika Kerinci juga terbatas karena prioritas ekspor,” jelasnya.
Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi berhasil ditekan oleh penurunan harga sejumlah komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, cabai hijau, kacang panjang, dan angkutan udara. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh melimpahnya pasokan lokal dan subsidi pemerintah.
“Harga cabai turun karena pasokan dari Kerinci meningkat beberapa hari sebelum Lebaran. Sementara itu, tiket pesawat lebih terjangkau karena adanya subsidi PPN untuk kelas ekonomi domestik,” tambah Warsono.
Secara wilayah, Kabupaten Bungo mencatat inflasi bulanan tertinggi sebesar 2,16%, diikuti Kota Jambi (1,14%) dan Kabupaten Kerinci (0,67%).
Di Kabupaten Bungo, tarif listrik menyumbang inflasi sebesar 1,39%, disusul oleh tarif air minum PAM (0,38%) dan komoditas sayuran seperti kangkung dan santan segar.
Sementara itu, di Kota Jambi, penyumbang inflasi utama adalah tarif listrik (0,99%) dan bawang merah (0,10%). Di sisi lain, harga cabai merah dan angkutan udara yang menurun membantu menahan inflasi lebih lanjut.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jambi dan kabupaten/kota berkomitmen untuk terus mengendalikan inflasi melalui sinergi berbagai program, termasuk Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“Kami akan memperkuat koordinasi dengan Satgas Pangan dan terus memantau distribusi serta ketersediaan pasokan di daerah. Komunikasi yang efektif juga menjadi kunci dalam menjaga ekspektasi harga masyarakat,” pungkas Warsono. (dr)
Discussion about this post