Kepahiang, Aksara24.id – Tindakan penganiayaan terhadap seorang kepala sekolah oleh oknum guru berinisial RL di Kabupaten Kepahiang mengundang keprihatinan mendalam dari jajaran Pemerintah Kabupaten Kepahiang.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kepahiang, Dr. Hartono, M.Pd., M.H., mengungkap bahwa RL bukan sekali ini saja berulah.
Oknum guru SMP tersebut diketahui telah berulang kali terlibat masalah di lingkungan tempatnya bekerja.
“RL ini memang bukan baru kali ini menimbulkan persoalan. Sebelumnya, yang bersangkutan sudah sering dikeluhkan, bahkan oleh kepala sekolah yang lama juga,” ujar Hartono saat dikonfirmasi, Rabu (23/4/2025).
Menurut Hartono, pihak dinas pendidikan sudah beberapa kali mencoba menyelesaikan persoalan dengan pendekatan persuasif, termasuk melalui mediasi. Namun, upaya tersebut tidak membuahkan hasil maksimal.
“Kami dari pemerintah daerah sudah pernah memanggil dan memediasi. Tapi sayangnya tidak ada perubahan sikap. Kasus terakhir ini sudah di luar batas dan sangat kami sesalkan,” tambah Hartono.
Ia menegaskan bahwa tindakan kekerasan, apalagi dalam lingkungan pendidikan, tidak bisa ditoleransi.
Apa pun alasannya, penganiayaan tetap merupakan tindakan pidana yang harus ditangani oleh aparat penegak hukum.
“Kalau masih masalah internal sekolah, bisa diselesaikan secara musyawarah. Tapi kalau sudah masuk ranah kekerasan fisik, ya tentu jadi urusan hukum,” tegas Hartono.
Sebelumnya, pada Senin (21/4/2025) pagi, sekitar pukul 07.30 WIB, RL diduga dengan sengaja menabrakkan sepeda motornya ke arah kepala sekolah di depan SMP tempatnya mengajar, di Desa Tebat Saling, Kecamatan Tebat Karai. Saat korban terjatuh, pelaku memukulnya sebanyak dua kali.
RL kemudian ditangkap oleh pihak Polres Kepahiang pada Selasa (22/4/2025), dan saat ini telah ditahan.
Kapolres Kepahiang melalui Kasat Reskrim AKP Denyfita Mochtar menjelaskan bahwa motif sementara dari pelaku adalah sakit hati. Ia mendengar bahwa kepala sekolah berniat memutasinya ke tempat lain.
“Motif awalnya karena pelaku sakit hati mendengar kabar akan dimutasi. Tapi penyelidikan masih berlanjut,” kata AKP Denyfita.
Sekda Hartono mengingatkan bahwa dunia pendidikan seharusnya menjadi ruang untuk mencetak karakter, bukan ajang pertikaian.
Ia berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama tenaga pendidik, untuk lebih mengedepankan etika dan komunikasi.
“Guru itu panutan, jangan sampai anak-anak kita melihat contoh yang salah. Kita ingin sekolah di Kepahiang jadi tempat yang aman dan nyaman,” pungkasnya. (Adv)
Discussion about this post